Mungkin banyak di antara Anda yang hobi memasak, bertanya-tanya mengapa banyak resep makanan menggunakan suhu 350 derajat Fahrenheit atau sekitar 176 derajat Celsius untuk memanggang. Dilansir dari Delish (4/10), ternyata ada alasan ilmiah dibalik resep tersebut.
Foto: Istimewa |
Hal ini rupanya berkaitan dengan reaksi Maillard. Sebuah reaksi yang ditemukan Louis Camille Maillard, seorang ahli kimia Prancis. Menurut buku Royal Society of Chemistry, "Tanpa reaksi kimia Maillard, tak akan ada warna cokelat keemasan pada roti atau kalkun panggang. Cake dan pastry juga terlihat pucat karena warnanya tidak cokelat."
Reaksi Malliard membuat protein dan gula yang terkandung dalam makanan menjadi kecokelatan. Reaksi ini terjadi dalam suhu sekitar 350F. Jika reaksi ini tidak ditemukan, mungkin kita akan kesulitan menentukan makanan yang sudah matang karena tak ada perubahan warna.
Foto: Tasty/iStock |
Baca juga: Tanpa Oven atau Microwave, Ini Cara Tepat Memanaskan Pizza yang Hasilnya Enak!
Puluhan tahun lalu, oven belum dilengkapi pengaturan suhu yang tepat berdasakan angka sehingga resep hanya menyarankan panas rendah, sedang atau tinggi saja untuk memanggang makanan. Dan setelah diselidiki, angka 350F adalah temperatur panas yang sedang. Orang Indonesia biasa memakai suhu 180 C.
Meski angka ini banyak disarankan banyak resep, namun tidak ada keharusan untuk selalu bergantung pada suhu ini saja. Makanan tertentu mungkin memerlukan suhu yang lebih tinggi atau lebih rendah agar dapat matang dengan sempurna. (msa/odi)
http://ift.tt/2xWjSgr